"Balikpapan Siang Itu..."

Balikpapan sangat panas hari itu apalagi aku tinggal di asrama yang berada tidak jauh dari pantai. Malas rasanya beranjak dari kasur, hembusan kipas angin dengan putaran maksimalpun tak sanggup menyejukkan tubuhku yang gerah.


Aku merasa lapar, rasanya ada demonstrasi di dalam perutku ini. Ku coba untuk tidak menanggapinya karena aku berniat tidur seharian untuk melepas penat setelah bekerja seminggu ini. Tapi reaksi alamiah ini tak dapat dibendung, aku harus makan.

Kulihat jam di hand phoneku. Jam sembilan. Telat,  makanan di kantin pasti sudah dibereskan. Terpaksa aku harus mencari makan di luar. Karena hari sedang terik enaknya makan ice cream dan siomay. Kebetulan di depan jalan raya ada yang menjualnya. Akupun segera beranjak dari tempat tidur membasuh muka dan mulai melangkah menuju santapan lezat. Siomay...ice cream i'm coming.

Tidak salah aku memilih menu ini. Siomay dipadukan dengan ice cream rasa coklat kesukaanku. Siomay dengan bumbu kacangnya yang gurih bercampur dengan lembutnya ice cream hmmm...begitu memanjakan penikmatnya.

Sambil menyantap hidangan, ku arahkan pandanganku ke jalan raya. Banyak mobil berlalu-lalang, didominasi oleh kendaraan pribadi. Lumayan padat jalanan, untung ada pak polisi yang menertibkan jalannya lalu lintas. Sepertinya banyak kendaraan yang menuju tempat rekreasi seperti pantai Manggar, Lamaru atau Tritip.

Di trotoar kulihat seorang bocah yang ku perkirakan umurnya belum genap tujuh tahun, berjalan sambil membawa karung berisi barang bekas. Kakinya yang mungil tak beralaskan apapun, dia terus menapakkan kakinya di tengah panasnya aspal. Bajunya kumal badannya lusuh dan berdebu.


Aku jadi ingat keponakanku yang seumuran dengannya. Biasanya hari Minggu seperti ini dia pasti asyik menonton film kartun atau berekreasi bersama orangtuanya. Kasihan sekali bocah pemulung tadi, di saat teman sebayanya menikmati masa bermain dia berjuang keras untuk bekerja. Tapi aku salut tak ada rona merana di wajah anak itu. Wajah lugunya tetap ceria meskipun berat beban yang dipikulnya.

Ke mana orang tuanya? Dia sekolah atau tidak? Apakah dia punya tempat bernaung? Pertanyaan ini muncul dalam benakku. Memang di jaman sekarang ini banyak anak-anak yang harus ikut bekerja keras menanggung beban keluarga.

Ke mana pejabat negeri ini yang harusnya mengurusi anak terlantar seperti mereka. Bukankah seharusnya mereka dipelihara oleh negara. Mungkin pejabat kita terlalu sibuk mengurusi kasus korupsi sampai mereka lupa mengurusi korban korupsi.

Seharusnya mereka bersekolah dan mendapat penghidupan yang layak. Karena di tangan merekalah tongkat estafet pembangunan akan diberikan.

Rasa sesalku bertambah saat aku tersadar anak itu sudah jauh dari pandanganku. Astagfirllah apa yang kulakukan. Aku hanya duduk di sini dan mengamati. Seharusnya aku membantu dia karena di sebagian rizki yang di berikan Allah ada hak mereka...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar