Memaknai Berlalunya Waktu

Di tahun 2011 ini usiaku hampir 23 tahun, sudah lama ternyata aku hidup di dunia ini. Apa saja yang sudah kuperbuat selama itu? Apakah aku mengisi waktuku dengan sesuatu yang bermanfaat atau melewatkannya dengan hal-hal yang kurang berguna?

Tiga hari aku dapat libur dari pekerjaan. Waktu yang panjang menurutku. Cukup untuk melakukan pekerjaan yang telah lama ku tunda. Sebuah rencana beserta jadwal telah kupersiapkan dengan matang. Tapi yang terjadi malah sebaliknya waktu itu terbuang begitu saja karena aku tidak konsisten dengan apa yang telah kusepakati. Padahal resolusiku di tahun ini agar waktuku bisa kumanfaatkan dengan bijak.

Jadwal seperti janji berolahraga dengan teman kerja, merangkum materi pelajaran dan memperbaiki pintu kamar tidak berjalan sesuai rencana. Yang kulakukan cuma berdiam diri di depan televisi dan tidur sepanjang hari. Serasa terhipnotis aku dibuatnya. Sebuah kesepakatan telah kulanggar demi sebuah kegiatan tidak berguna.

Pernah aku membaca sebuah artikel isinya tentang perhitungan jumlah jam tidur kita selama hidup. Sebagai contoh jika  tidur  6 jam dalam sehari maka 1/4 hari digunakan untuk tidur jika umur kita 20 tahun maka 5 tahun sudah waktu yang terbuang untuk tidur. Itu hanya tidur belum kegiatan lainnya yang mungkin kurang bermanfaat tapi sering kita lakukan. 

Ada sebuah ungkapan time is money. Ini menjelaskan betapa berharganya waktu dalam hidup ini. Waktu tidak akan kembali sedetikpun. Pemanfaatan waktu adalah yang membedakan orang sukses dan gagal. Orang sukses selalu berusaha mencari peluang dan melakukan sesuatu yang berguna untuk waktu yang dimilikinya sedangkan orang gagal selalu menganggap masih banyak hari lain untuk melakukan semuanya.

Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori). Hadis di atas menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. orang yang mengetahui dan menyadari akan urgennya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal pentingnya waktu, ia seakan-akan hidup dalam keadaan mati, meski hakikatnya ia bernapas di muka bumi. ”Allah bertanya, berapa tahunkah lamanya engkau tinggal di bumi? Mereka menjawab, kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyalah kepada orang-orang yang menghitung.” (QS Al-Mu’minun [23]: 112- 113). Ayat di atas menunjukkan orang-orang yang tidak mengetahui pentingnya waktu seakan-akan hanya hidup sehari atau setengah hari, karena mereka tidak memahami arti umur, tidak mampu menguasai dan mengisinya dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami urgensi waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kali kedua. Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.” Sementara Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya Al-Fawaid menerangkan, ”Menyia-nyiakan hati disebabkan sikap yang lebih memprioritaskan kehidupan dunia dari akhirat, dan membiarkan waktu terbuang dengan anggapan esok masih ada waktu.”
Salah satu cara memanfaatkan waktu adalah menggunakannya untuk taat dan beribadah kepada Allah. Dalam kitab Fathul Baari diterangkan, ”Barangsiapa menggunakan kesempatan dan kesehatannya untuk taat kepada Allah, dialah orang yang amat berbahagia. Dan barangsiapa menggunakannya dalam bermaksiat kepada-Nya, dialah orang yang tertipu. Karena kesempatan senantiasa diikuti kesibukan dan kesehatan akan diikuti masa sakit.”
Sumber http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=314462&kat_id=14

Sebuah pesan dari seorang guru untukku :
Bekerjalah seakan hidup seribu tahun lagi dan beribadahlah seakan mati esok hari.

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar