Ternyata benar kalimat yang ada di papan peringatan yang selalu kulihat ketika melintasi jalan di tambang "Kalau mengemudi jangan ngantuk, kalau ngantuk jangan mengemudi". Ini berarti larangan keras mengemudi dalam keadaan mengantuk. Sangat berbahaya sekali jika ini terjadi karena akan menimbulkan resiko tidak hanya bagi si pengendara tapi juga untuk pengguna jalan yang lain.
Di bawah ini ada sebuah berita yang baru kubaca dari liputan6.com. Berita ini berisi tentang bahaya berkendara dalam keadaan mengantuk. Berikut berita lengkapnya:
Blora: Ini peringatan bagi Anda yang biasa mengendarai sepeda motor; berhati-hatilah di jalan. Di Blora, Jawa Tengah, seorang pria terluka parah di bagian kepala. Hal ini terjadi setelah sepeda motornya menabrak pembatas jalan kemudian masuk ke dalam sungai, Ahad (30/1).
Menurut keterangan saksi mata, Yono, kejadian bermula saat korban hendak pulang dari tempatnya bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Kota Blora menuju rumahnya di Desa Kaliwangan. Dia menduga korban kelelahan setelah jaga parkir semalaman sehingga tak bisa menguasai kendaraannya.
Alhasil saat berkendara, korban mengantuk dan tidak sadar saat motornya terjun bebas ke sungai. Dugaan tersebut semakin kuat dengan tidak adanya bekas rem di sekitar lokasi kejadian.
Warga yang melihat kejadian tersebut langsung mengevakuasi dan membawa korban ke rumah sakit. Petugas yang datang ke lokasi kejadian langsung mengevakuasi kendaraan korban. Kini korban dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah R. Soetijono Blora, Jateng. Kasus tersebut masih ditangani Satlantas Polres Blora.(BJK/ULF)
Menurut keterangan saksi mata, Yono, kejadian bermula saat korban hendak pulang dari tempatnya bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Kota Blora menuju rumahnya di Desa Kaliwangan. Dia menduga korban kelelahan setelah jaga parkir semalaman sehingga tak bisa menguasai kendaraannya.
Alhasil saat berkendara, korban mengantuk dan tidak sadar saat motornya terjun bebas ke sungai. Dugaan tersebut semakin kuat dengan tidak adanya bekas rem di sekitar lokasi kejadian.
Warga yang melihat kejadian tersebut langsung mengevakuasi dan membawa korban ke rumah sakit. Petugas yang datang ke lokasi kejadian langsung mengevakuasi kendaraan korban. Kini korban dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah R. Soetijono Blora, Jateng. Kasus tersebut masih ditangani Satlantas Polres Blora.(BJK/ULF)
Tubuh manusia memang mengalami sebuah proses yang disebut siklus sirkadian. Di sana terdapat waktu-waktu tertentu di mana tubuh mengalami gejala kelelahan atau fatigue. Apalagi bagi orang seperti saya dan teman-teman yang bekerja shift, fatigue adalah ancaman besar.
Ada sebuah artikel dari kliping cyber media:
Ketika Kerja Shift Mengacaukan Irama Tubuh
Tuhan menjadikan malam agar manusia beristirahat dan menjadikan siang agar mereka bertebaran mencari karunia-Nya. Tapi, tuntutan ekonomi dan sosial dalam masyarakat modern, menjadikan manusia makhluk yang sering kali bangun, di saat seharusnya tidur dan karenanya akan mencoba tidur di saat seharusnya bangun. Inilah yang dialami oleh mereka yang bekerja secara bergiliran (shift). Dan ini harus dibayar dengan terganggunya kesehatan dan tentu saja, keluarnya sejumlah biaya dari dompet.
Banyak kegiatan industri yang dikerjakan dalam jadwal yang disesuaikan agar bisa memenuhi kepentingan ekonomi industri, tapi tidak pas dengan bioritme sirkadian para pekerja. Ritme atau irama ini diatur oleh jam biologis internal tubuh dan mengontrol siklus tidur/bangun dan juga berbagai proses fisiologis, biokimia, dan perilaku seperti suhu inti tubuh, produksi hormon, tekanan darah, dan performa mental.
Waktu tak lazim
Jam tubuh ini bekerja selaras dengan siklus 24 jam gelap/terang. Bekerja pada waktu yang tidak lazim seperti para pekerja shift, menganggu irama alami tubuh yang dapat menyebabkan gangguan tidur kronis, masalah gastrointestinal, kekebalan, sistem reproduksi, dan memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, akibat gangguan metabolis yang muncul karena tidur dan bangun pada jam-jam yang tidak lazim.
Setiap ada perubahan drastis pada siklus sirkadian, diperlukan waktu tertentu untuk melakukan penyesuaian ulang. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap perubahan ini. Banyak pekerja shift yang harus bekerja di malam hari atau waktu-waktu tak lazim lainnya, mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian.
Para pekerja ini mencoba tidur sepanjang siang hari, namun mencoba tidur pada fase siklus sirkadian yang tidak tepat, biasanya akan menghasilkan waktu tidur yang lebih pendek dan lebih banyak terbangun dan banyak dari mereka tidak bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan giliran kerja malam.
Mereka ini dapat mengalami gejala-gejala seperti yang diderita para penumpang pesawat yang melintasi zona waktu yang berbeda yang disebut jet lag, ketika tubuh para penumpang ini dipaksa untuk secara cepat menyesuaikan diri terhadap suatu zona waktu yang baru. Gejala-gejala itu adalah gangguan tidur dan bangun, sakit kepala, tidak enak badan, hilang nafsu makan, dan gangguan ketajaman perhatian.
Profesor Perez Lavie. Direktur Sleep Laboratory, Technion-Israel Institute of Technology di Haifa, memperkirakan sekitar 1/8 populasi manusia sebaiknya tidak diperbolehkan bekerja shift malam, termasuk di dalamnya orang yang menderita migrain dan memiliki keluhan psikosomatis.
Dalam siklus sirkadian, seseorang biasanya tidur kira-kira delapan jam dan terbangun 16 jam. Pada waktu-waktu terbangun, fungsi-fungsi mental dan fisik berada dalam keadaan yang sangat aktif dan pertumbuhan jaringan sel meningkat. Selama tidur di malam hari, berbagai fungsi tubuh berada pada level terendahnya. Aktivitas otot yang disengaja hampir tidak ada dan terjadi penurunan dalam kecepatan metabolisme, respirasi, detak jantung, dan tekanan darah. Selama tidur, aktivitas sistem pencernaan meningkat, namun produksi urin berada pada level terendah, begitu juga dengan hormon kortisol.
Beberapa jam setelah tengah malam merupakan saat titik rendah bagi suhu tubuh, ketajaman perhatian, dan kemampuan kognitif (ini bisa diuji dengan mencoba melakukan perhitungan matematika). Sekitar dua jam sebelum bangun, tubuh mengeluarkan hormon epinefrin stimulant (adrenalin) dalam jumlah maksimal sehingga tubuh siap untuk melakukan aktivitas.
Kisah kecelakaan
Kondisi di atas adalah pola dalam kondisi normal, seperti yang terjadi pada orang-orang yang bekerja siang hari. Namun, pada banyak orang yang bekerja di malam hari, tubuh mereka masih mempertahankan pola di atas, pola yang sama dengan para pekerja yang bekerja di siang hari secara tetap. Ini berarti para pekerja malam ini justru bekerja di saat berbagai fungsi tubuh mereka berada pada level yang rendah, di saat ketajaman perhatian dan kejernihan berpikir berkurang. Ini menyebabkan mereka kurang sigap dan kinerjanya rendah yang berarti hasil kerja rendah dan lebih banyak kecelakaan.
Faktanya, kisah kerja shift adalah kisah kecelakaan. Sebagai contoh, salah satu kecelakaan nuklir terkenal (selain Chernobyl di Uni Soviet 1986) di Three-Mile Island pukul empat subuh 1979. Seorang operator yang kelelahan tidak melihat dua lampu peringatan. Beberapa detik kemudian, seorang operator yang kelelahan lainnya tidak memerhatikan bahwa satu katup yang seharusnya telah menutup, ternyata tidak. Menurut komisi invesitigasi para operator, mengabaikan atau lalai untuk mengenali berbagai hal signifikan yang seharusnya memberi peringatan pada mereka bahwa ada sesuatu yang tidak semestinya. Seandainya tidak ada kelalaian manusia, kecelakaan Three-Mile Island tidak akan menjadi insiden besar. Kecelakaan yang berkaitan dengan kerja shift ini menuntut biaya yang mahal. Amerika Serikat misalnya, harus merugi belasan miliar dolar per tahun, karena berbagai kecelakaan yang disebabkan mengantuk.
Perawatan
Tanda waktu alami bagi pola sirkadian adalah perubahan gelap ke terang. Cahaya bisa digunakan untuk menyelaraskan fase irama sirkadian. Berdasarkan hal ini, Charles A. Czeisler dan rekan-rekannya dari The Center for Circadian and Sleep Disorders Medicine di Harvard Medical School melakukan satu eksperimen pada sejumlah pekerja shift malam.
Para peneliti ini memaparkan cahaya yang terang para pekerja selama mereka bekerja. Pencahayaan normal di malam hari adalah 250-500 lux. Cahaya 10.000 lux adalah sama terangnya dengan terangnya siang hari, yang merupakan 20-40 kali lebih terang dibanding kebanyakan pencahayaan di pabrik. Czeisler memaparkan cahaya 10.000 lux selama beberapa jam pada sejumlah pekerja, ketika mereka bekerja di malam hari. Ketika para pekerja ini tidur, kamar mereka diatur agar benar-benar gelap.
Para pekerja ini, yang memperoleh pencahayaan yang terang ketika bekerja dan kegelapan ketika tidur, dapat mengatur ulang (reset) bioritme mereka hanya dalam beberapa hari. Segera, berbagai faktor seperti ketajaman perhatian mereka menjadi tinggi, ketika mereka sedang bekerja. Ini berarti jam biologis mereka telah mengalami perubahan.
Tetapi, keadaan yang berbeda terjadi pada para pekerja malam yang tidak diberi pencahayaan seterang siang hari ketika sedang bekerja, dan kamar mereka tidak gelap ketika tidur. Jam biologis mereka tidak mengalami penyesuaian, dan mereka merasa letih pada saat bekerja.
Cara lain yang dapat membantu agar irama sirkadian para pekerja shift dapat cepat beradaptasi adalah dengan mencoba tidur yang cukup dalam kamar yang gelap dan tenang serta mengontrol konsumsi kafein dan alkohol.
Pikiran Rakyat, 27 Desember 2007
Ada beberapa tips yang dapat kita praktekkan saat fatigue menyerang. Pertama stop berkendara kemudian basuh muka menggunakan air dingin. Kedua lakukan olahraga ringan agar badan terasa segar. Ketiga arahkan pandangan ke cahaya, silau yang dihasilkan dapat menghilangkan ngantuk. Keempat yaitu refreshing sebentar ngobrol atau mendengarkan musik. Jika semua cara di atas tidak mampu menghilangkan ngantuk maka jalan satu-satunya adalah tidur.
Semoga tulisan ini berguna. Stop berkendara dalam kondisi mengantuk. Ingat ada orang-orang yang selalu menunggu kita pulang ke rumah dalam kondisi selamat.
0 komentar:
Posting Komentar