Kota Batu cerah, udara segar dan kicauan burung mengawali hari yang indah itu. SD Negeri Mojorejo terlihat ramai. Anak-anak bermain bola, berlarian dan ada pula yang sedang mengerumuni pedagang mainan. Ada juga para wali murid yang menunggu anaknya di gerbang sekolah. Sungguh ceria suasana pagi itu.
Bel berbunyi...."Kringggg..." tanda proses belajar mengajar akan dimulai. Semua murid bergegas ke depan kelas untuk berbaris. Sudah menjadi tradisi di SD ini untuk berbaris terlebih dahulu sebelum memasuki kelas, kegiatan ini dimaksudkan untuk mendidik siswa supaya disiplin. Murid-murid berbaris rapi, sang ketua kelas memimpin barisan. Aku memilih barisan paling belakang. He...3x biar tidak ketahuan kalau aku ngobrol waktu gurunya ngabsen.
Ada yang beda. Seseorang yang tidak kukenal ada di antara barisan. Seorang gadis manis berambut hitam panjang, matanya bening dan kulitnya putih. Gadis yang memakai tas warna merah itu tersenyum padaku. Tak mungkin kulupa, sebuah senyuman yang indah ditambah lagi gigi depannya yang lucu. Semua ini membuatku salah tingkah. Hanya senyum culun sambil ketawa kecil yang bisa kuberikan.
Di kelas suasana sunyi, semua murid duduk terpaku menatap wajah baru di kelas mereka.
"Anak-anak kenalkan teman baru kalian namanya Pratiwi mulai hari ini akan belajar bersama kita, ayo Pratiwi kamu kenalkan diri kamu," ucap bu Dwi dengan suara lembutnya.
"Salam kenal nama saya Pratiwi murid pindahan dari SD Pesanggrahan"
Mataku tak berkedip melihat gadis itu. Teman baru yang cantik pikirku.
Pelajaran dimulai. Bahasa Indonesia.
"Anak-anak keluarkan tugas puisi kalian, ayo kumpulkan"
Semua bergegas membuka tas masing-masing. Ekspresi mereka berbeda-beda, ada yang tenang karena sudah mengerjakan PR, ada juga yang langsung cemberut karena lupa mengerjakannya. Ku arahkan pandangan ke anak baru. Tampaknya ia sedang menulis sesuatu di bukunya, mungkin mengerjakan PR itu. Menurutku sebagai anak baru dia tak perlu repot bukankah ini hari pertamanya sekolah jadi wajar kalau dia tidak tahu soal PR itu. Tapi dengan cekatan jari-jari mungilnya mengerakkan pensil menulis sesuatu.
"Bu...ini puisi buatan saya maaf saya tidak tahu kalau hari ini ada PR jadi hasilnya mungkin kurang bagus," ucap Pratiwi.
"Tidak apa-apa Wi sebagai murid baru wajar kalau kamu tidak tahu, coba sini ibu lihat puisi kamu," jawab bu Dwi. "Bagus Wi, kamu mau membacakannya di depan kelas...Bagaimana anak-anak kalian mau mendengar Pratiwi membaca puisi," lanjutnya.
"Mau bu mau...'"jawab kami kompak.
"Judul puisi "Bunga" karya Pratiwi," begitu cara dia mengawali pembacaan puisinya.
Semakin kagum aku dengan teman baruku ini. Dia membacakan puisi dengan indahnya, suaranya merdu ditambah dengan ekspresi muka yang pas dengan lirik puisinya. Membuat semua orang berdecak kagum, tepuk tangan yang meriah langsung kami berikan seiring dengan berakhirnya pembacaan puisi.
Aku berusaha untuk mendekati dia.
"Perkenalkan namaku Yan," kenalku sambil mengulurkan tangan.
"Tiwi," jawabnya dengan tersenyum.
"Kamu jago ya baca puisinya...asli keren," pujiku.
"Terima kasih Yan," balasnya manis.
Sejak hari itu Pratiwi menjadi populer, tidak hanya di kelas empat saja tapi juga di kalangan guru dan murid di kelas lain. Memang dia murid yang pandai dan pintar bergaul. Tak sedikit anak lelaki yang menyukai dan mendekati dia. Aku ingat ada kakak kelas dari kelas enam pernah menggodanya. Dan dengan beraninya dia marah dan mengajak berkelahi anak itu padahal anak kelas enam tubuhnya lebih besar daripada dia. Gadis yang berani.
Diam-diam aku mulai menaruh perhatian ke dia. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta monyet? Ah tak mungkin umurku baru sepuluh tahun belum cukup umur untuk jatuh cinta. Tapi ya beginilah rasanya, setiap kali bertemu dia aku jadi salah tingkah berbagai cara aku tunjukkan untuk menarik perhatiannya.
Akhirnya aku semakin akrab terlebih saat kita menjadi satu team untuk tugas sekolah. Senangnya hatiku keinginanku terkabul. Dia juga sering belajar kelompok di rumahku, pulangnya aku antar dia.
Ya itulah nostalgiaku di malam minggu ini. Mengingat cinta pertamaku kala sekolah. Waktu itu aku belum sempat mengatakan kalau aku suka sama dia padahal setelah lulus SD aku satu SMP sama dia. Akhirnya kita berpisah aku melanjutkan ke SMK dan dia ke SMA.
Setelah sekian lama ternyata aku menemukan dia di facebook. Aku dapat nomer hpnya dan kita mulai bersilaturahmi via SMS. Sering kita ngobrol tentang masa-masa sekolah dulu. Sampai dia bercerita kalau sebenarnya dia tahu dulu aku naksir sama dia. Heehee...tapi itu semua masa lalu yang mungkin bisa jadi cerita untuk anak cucu nanti. Sampai sekarang aku masih berteman baik dengannya. Dia telah lulus kuliah dan sedang memulai karirnya menjadi dokter muda, aku juga sudah bekerja. Rasa suka itu telah hilang yang tersisa adalah kasih sayang seorang sahabat. Mungkin memang benar rasa itu hanyalah "cinta monyet".
0 komentar:
Posting Komentar